Minggu, 23 September 2012

In Training Center I OSN IPS 2012 (bagian 6 -habis-)

Sabtu, 2 Juni 2012

Aku bangun sangat pagi hari itu: jam setengah 4 pagi. Aku kedinginan karena nggak pake selimut, padahal suhu di kamar kontingen Kab. Semarang dingiinn...

Aku nekat mandi di hari itu karena teringat sohib-sohibku. Meski dinginnya udah ngalahin Benua Antartika(hih...nggak mungkin!), aku menahannya.

Pagi itu di Donohudan bisa dibilang sangat sepi. Pasti kontingen dari kabupaten/kota yang lain masih pada tidur. Ya, waktu itu masih jam 4 pagi, sih! 

Aku turun ke lantai dasar Gedung Mekkah untuk belajar karena nggak suka belajar di kamarku. Abisnya, dingin banget! Tapi (pastinya) ada alasan lain yang membuatku nggak belajar di kamar kontingenku. Mungkin aja karena aku udah punya komunitas sendiri.

Aku mendadak ingat Dena (teman satu sekolahku, sekaligus kontingen OSN Biologi) pernah menanyakanku soal Tohari. Tapi, sumpah deh, aku nggak tahu sama sekali dia itu siapa, dari mana, dan di mana (meski tahu kalau dia ikut OSN Fisika). Pada dasarnya aku mau nanya sama teman-teman, tapi kuanggap itu nggak perlu.

* * *

Ketika sarapan, aku kembali dihujani rasa tak napsu makan. Aku iri melihat Wisnu (duduk di sebelahku) yang makan banyak sementara aku tak menghabiskan secuil pun makananku. Bahkan Mujahid pun makan banyak.

Pembinanya Mujahid sepertinya cukup heran melihat kami semua. Kami yang baru kenalan seminggu sudah seperti teman yang akrab berbulan-bulan. Wah, memang iya sih! Aku menyadari hal itu. Dibandingkan teman-teman di sekolahku, aku lebih akrab sama teman-teman OSN-ku.

Hari ini the real OSN akan dimulai. Sebelum sarapan, kami melihat-lihat tempat kami bertanding. Jantungku melompat-lompat. Aku ragu akan siap menghadapi soal-soal yang (katanya) grade-nya lebih sulit dari tahun lalu.

Aduuhh...aku takut!

* * *

Setelah lomba, aku foto-foto dan mengucapkan perpisahan sama teman-temanku. Aku sedih banget. Waktu kontingen Kab. Semarang beres-beres, aku ngumpet di kamar mandi karena nangis. Aku nggak mau pulang! Aku nggak mau pulang ke Ungaran dan balik lagi ke sekolah! Aku nggak mau!

Apalagi begitu ingat aku sama sekali nggak bisa mengerjakan soal-soal itu dengan baik...

Apa bisa aku ke nasional dan ketemu lagi sama mereka? Seandainya aku udah tahu jawabannya iya, aku akan pulang ke Ungaran dengan hati yang lega. 

Oh, God...

Minggu, 23 September 2012
Anissa Antania Hanjani

Sabtu, 22 September 2012

In Training Center I OSN IPS 2012 (bagian 5)

Jum'at, 1 Juni 2012

Wew...ini hari terakhir nih di rumah keduaku. Waktu olahraga pagi, kami diajak ke Lapangan Pancasila buat jalan-jalan. Aku melakukan jogging di sana karena ngeliatin Katrin jogging (padahal sebenernya benci banget sama jogging). Eh, tahu-tahu Naufal pun membalapku dan sontak membuatku kesal. Tapi, apa daya. Aku tak sanggup ngerjar dia (heh...alay beuttddhhh xD).

Seperti biasa, Katrin dan Naufal berantem begitu kami nyelesain jogging (aku lupa sebabnya kenapa). Malam kemarin mereka juga sempet berantem sih. Yakin 100% mereka cucookkk.... ^^

Abis jogging, aku balik ke kamar dan bangunin Hartono yang nggak bisa bangun karena kuajak begadang semalam. Dasar pemalas! Padahal Ardan sama yang lainnya aja bangun! Ini malah masih tepar!

Aku mengambil nasi kecap dan telur goreng sebagai sarapan pagi ini, sama dengan Hartono. Aku, dia, Ardan, Mujahid, dan Naufal makan di depan kamar 105 sementara Dina dan Baety makan di kamar. Kami berkali-kali ngakak karena lelucon yang kulontarkan: orang gantung diri sambil update status Facebook. Dina dan Baety yang mendengar dari dalam kamar juga ikutan ngakak. 

Hartono sepertinya sudah menolak menghabiskan makanannya. Kenapa? Karena dia salah ambil kecap! Dia bukannya ambil kecap manis tapi malah kecap pedas. Dia pun mulai galau dan berkata akan menggantung dirinya. Hadehh...dasarr...

* * *

Sekitar jam setengah 11 kami berbenah untuk pergi ke Donohudan. Papa yang datang untuk mengambil pakaian kotor kesal karena aku memasukkan semua itu ke ransel, bukannya koper. Aku memaksa untuk memakai koper karena langka sekali bisa pergi-pergi pake koper. Akhirnya Papa mengalah.

Kami semua berangkat ke Donohudan dengan bus. Wow, busnya Blue Star! Aku dari kecil pingin naik bus ini. Dengan semangat, aku naik ke bus dan duduk bersama Cinta dan Katrin. Di depanku sepertinya ada Zithny dan Wisnu, sementara di belakangku ada Ardan dan Hartono.

Sebelum ke Donohudan, kami ke Wisma Kasih terlebih dahulu. Cowok-cowok yang muslim Salat Jum'at dulu, sementara yang cewek-cewek ngeloyor atau makan. Aku mendengar Katrin kabur karena nggak suka nginap di asrama haji (Donohudan kan asrama haji...). Yah, terserah dia deh. Tiap orang kan seleranya sendiri-sendiri

Setelah kami semua makan siang, kami melanjutkan perjalanan menuju Donohudan. Bus IPS benar-benar riuh rendah karena penuh guyonan yang dilemparkan Naufal dkk. Aku sendiri ngakak sampai nggak sengaja menjitak kepalanya Wisnu yang lagi tidur (sorry yaa...). Aku rela tidak melakukan kebiasaanku (tidur saat perjalanan) supaya bisa menikmati semua lelucon yang tersaji di dalam bus dan melihat-lihat pemandangan yang jarang sekali kulihat.

Jam 3 sore kami sampai di Donohudan. Sohib-sohibku yang lain sudah dapat kamar sementara aku harus menunggu rombongan dari Kabupaten Semarang yang baru datang jam 5. Untung aku udah registrasi sendiri di sana.

Di sana aku didaulat menjadi dirigen saat kami menyanyi lagu Indonesia Raya waktu upacara pembukaan. Begitu sohib-sohibku tahu soal ini, mereka tak berhenti menertawaiku bahkan sampai makan malam. Ardan apalagi, tuh! Aku sebel karena dia membuatku takut dengan memberikan kesannya pada dirigen tahun lalu. Hih...awas aja dia!

Dan benar saja. Aku benar-benar nervous! Gila! Aku sampai nggak makan apa-apa sampai upacara pembukaan.

Tapi, untung semua lancar ^^

Setelah upacara pembukaan, kami belajar bareng dengan Pak Dosen Mujahid di lantai bawah Gedung Mekkah. Seru banget. Tapi sayangnya aku nggak ikut yang lain begadang, karena mataku udah 5 watt jam 11 malem.

Huwaahh...begitu sampai di kamar, aku malah nggak bisa tidur! Gara-gara nggak makan malam, perutku terus menerus berbunyi. Krucukk...krucukk...

Aku jadi nggak bisa tiduurrr.... -___-


Minggu, 23 September 2012
Anissa Antania Hanjani

Just Flashback (bagian 1)

Pagi ini segar sekali di Wisma UKSW, Salatiga. Aku baru aja mau ambil sarapan. Waktu aku ngelirik ke kelas, nampak Wisnu sarapan sendirian.

Aku sebenarnya mau sarapan di kamar, sih! Tapi mendadak aku kasihan aja ngliatin dia sarapan sendirian. Akhirnya aku mutusin nemenin dia sarapan.

"Met pagi," sapaku. "Kamu pagi ini lebih awal ya?"
"Iya."

Nah, meski resikonya aku harus menghadapi situasi di mana aku bingung mau ngomong apa, tapi nggak masalah. Setidaknya dia nggak sarapan sendiri pagi ini. Ya, meski ada satu resiko lagi yang harus kutanggung: temen-temen cewek ngeliatin aku dengan tatapan aneh.

Ya, suatu keberuntungan waktu Naufal datang dan duduk di sebelahku untuk sarapan. Tapi sungguh mengejutkan. Porsi makannya...really big! Aku banding-bandingin porsi makanku dengan dia. Dia mungkin 2 kali lipatnya porsi makanku kali, ya? Aku aja cuma makan nasi sama sayur. Lha dia?

"Hey, makan dari tadi nggak selesai." ujarnya padaku.
"Biariinnn...."

Aku melongo dan lupa sama makananku begitu ngelihat cara dia makan. Ampuunn...ini anak gila amat, ya? Cepet banget kalo makan! Hih, ngeri! Mama harus ngelihat ini biar nggak sering-sering negur aku karena cara makanku.

Dalam sekitar 5 menit Naufal sudah menghabiskan makanannya, sementara makananku sama sekali belum habis! Aku bener-bener melongo dibuatnya. Ini anak bener-bener nih...

"Makan lelet amat!" Dia menjitak kepalaku. Aku mengerucutkan bibirku.

Aku penasaran, nih! Aku juga punya kemampuan makan seperti dia (hadehh...). Kebetulan aku ini orang nomor 2 yang sering ngabisin stok makanan di rumahku. Aku musti nantangin dia, nih!

"Heh, gimana kalau nanti siang kita lomba makan?" tantangku begitu bertemu dengannya.
"Oke, siapa takut! Paling kamu yang kalah!" jawabnya.
"Hih, jangan ngeremehin dulu! Yakin aku 100% kalau kamu yang bakal kalah!"

* * *

Persiapan...

Aku dan Naufal lagi ngambil makan siang. Naufal protes begitu melihat porsi makanku yang terlalu sedikit menurutnya, sehingga aku terpaksa menambah lagi porsi makanku. Aku ngelus dada...nggak yakin bisa ngabisin makanan segini banyaknya.

Kami memutuskan untuk makan siang di kelas. Kami duduk bersebelahan. Aku melonggarkan ikat pinggang sejenak; tahu bahwa pastinya aku akan menyiksa diriku sendiri karena makan segini banyaknya.

"Siap...1...2...3...!!!"

Aku dan Naufal mulai menyantap porsi makan siang kami. Katrin geleng-geleng kepala melihatnya. Cara makanku kayaknya udah hampir sama dengan raksasa. Kerongkonganku tersiksa melakukan gerak peristaltik karena aku sama sekali nggak ngunyah makananku (maaf...). 

"Hey, kalian lagi ngapain?" tanya Hartono yang mengintip dari luar kelas. Tampak juga sohibnya, Ardan.
"Lomba makan! Mau ikutan nggak??"

Hartono kayaknya udah gimanaa...gitu ngelihatnya. Apalagi Ardan. Aku cuek aja ngelihat mereka kayak gitu dan tetap mempertahankan cara makanku.

"Anissa, semangat ya!" Dina memberiku semangat dari luar kelas.
"Yups, oke!"

Yah, meski udah diberi semangat begitu, pada akhirnya aku tetap KALAH! Aku nggak sanggup ngabisin makanan segini banyak. Aku berkali-kali melonggarkan ikat pinggangku karena sepertinya perutku akan membengkak karena makanku super begini (wah, musti diet lagi deh!).

* * *

"Eh, gimana tadi? Menang nggak?" tanya Dina begitu aku masuk kamar.
"Kalah! Telak malahan!" jawabku. Terdengar suara tawa dari tetangga sebelah begitu aku menjawab.

"Salahmu sendiri, sih! Ngapain nantangin Naufal? Udah tau dia makannya banyak..."



In Training Center I OSN IPS 2012 (bagian 4)

Kamis, 31 Mei 2012

Satu kata buat rumah baruku: MENYENANGKAN!!!

Aku mulai menganggap bahwa aku ini adalah seorang anak sekolah boarding school, tinggal di asrama yang keren, dan punya banyak sahabat yang hebat. Ya, sahabat-sahabat yang hebat!

Aku mulai percaya bahwa aku ini benar-benar lupa sama sekolah dan rumahku. Aku lupa sama hometown-ku. Aku nggak mau pulang! Aku betah di sini. Aku nggak mau ketemu lagi sama kebanyakan anak-anak cowok di sekolahku dan kebanyakan anak-anak cewek yang selalu sinis menatapku.

Ya, aku nggak mau pulang!

Aku percaya bahwa semua yang ada di sini bener-bener aku banget. Komunitas yang bener-bener aku! Ya, aku merasa cocok di sini. 

Pagi ini, seperti biasa, sampai malam nanti aku mengikuti session dan dilanjutkan belajar bareng. Aku maksa Hartono yang nggak biasa begadang buat ikut dan berhasil. Meski dengan terpaksa, dia tetap ikut (tapi nggak jamin besok pagi dia bisa bangun atau nggak).

Aku, Wisnu, Aly, Katrin, Naufal, dll. seperti biasa belajar bareng lagi. Aku agak gemes karena Aly pake bawa-bawa kunci jawaban segala (emang dasar dia Mr. Key ^^). Jadinya kan semuanya terobsesi kunci jawaban. Akhirnya aku membuat peraturan: siapa pun yang buka kunci jawaban sebelum menjawab, harus push up 30 kali.

Naufal 2 kali melanggar peraturan itu (dihitung sejak malam kemarin), dan akhirnya push up 30 kali. Tapi aku yang menghitung jadi nggak konsentrasi karena tiba-tiba lampu mati karena Zithny nggak sengaja mencet saklarnya. Ampuunn...jadi deh Naufal ngaku sudah 15 kali push up.

Malam ini aku pun juga mengundang tamu istimewa: Mujahid Al-Haq. Peraih medali perak OSN tingkat nasional tahun lalu. Aku sengaja mengundangnya karena dia jauh lebih berpengalaman dibanding kami semua. Ya, aku yakin dia lebih peka.

Jujur saja, aku suka banget yang namanya belajar bareng secara serius (apalagi karena Katrin berani debat sama Mujahid). Di sekolahku, kapan sih bisa kayak gini? Yang namanya belajar bareng di sekolahku cuma sekedar manut sama yang lebih tahu atau kalau nggak yang lebih tahu ngerjain dulu, ntar dicontek bareng-bareng. Tapi, di sini kami diskusi! Wow, keren deh! Udah lama aku dambain suasana kayak gini. Suasana yang jarang (atau malah nggak pernah) aku temui di sekolahku.

Jam setengah 12 malam kami selesai belajar bareng. Aku memutuskan untuk langsung tidur. Waktu lewat kamarnya Hartono dan Ardan, aku agak mbatin. Kalau pada tidur kenapa musti nyalain lampu, ya? Apa pada menghormati Hartono yang kebetulan takut gelap sehingga nggak berani matiin lampu? Hartono bilang sih, dia takut hantu, pembantaian (makanya nggak berani nonton film G 30 S / PKI tadi...), dan gelap.

What a beautiful night! ^^


Sabtu, 22 September 2012
Anissa Antania Hanjani

Jumat, 21 September 2012

In Training Center I OSN IPS 2012 (bagian 3)

Rabu, 30 Mei 2012

Aku takut banget waktu belajar buat session Ekonomi malam kemarin. Jadi, aku memutuskan ngajak Wisnu Perkasa buat belajar bareng setelah session berakhir jam 9 malam. 

Pertamanya sih aku mikir kalau (pastinya) Wisnu nolak mentah-mentah ajakanku. Tapi ternyata dia mau, lho!

Mungkin instingku (atau sejenisnya), mengatakan bahwa dia the perfect one buat diajak belajar bareng. So, why not? Kan ini buat kebaikanku. Dia bisa jadi temen belajar yang baik, kok!

Akhirnya, malam setelah session berakhir, aku belajar bareng sama dia. Sembari ngambil kopi buat belajar bareng, aku flashback ke kejadian tadi pagi. Siang tadi aku kalah lomba makan sama Naufal (maklum aja, makannya aja 2 sendok nasi, 2 sendok sayur, dan 1 ayam) dan jadi bahan ketawaan Dina, Baety, Hartono, dan Ardan. Tadi pagi aku juga baru bilang ke ortuku kalau aku sama sekali nggak kangen rumah. Dengan alasan sibuk, aku mengabaikan telpon dari Mama dan Papa (tapi emang aku beneran sibuk, kok). Tapi aku menyuruh mereka untuk menelponku tiap jam 5 sore saja.

Malam itu aku belajar bareng sama Aly, Wisnu, Naufal, Zithny, dan Katrin (kayaknya ada Anta juga ya di sana? Ada siapa aja ya?). Sambil nonton tv dan bercanda, kami membahas banyak soal-soal sampai jam setengah 12 malam.

Wow, ini pengalaman paling seru yang pernah kualami seumur hidupku! Aku yang anti-cowok selama di sekolah karena alasan-alasan tertentu, ternyata bisa juga akrab. Aku juga seneng bisa kenalan sama Katrin, cewek yang menurutku sangat keren!

That's great!

Jum'at, 21 September 2012
Anissa Antania Hanjani



 

In Training Center I OSN IPS 2012 (bagian 2)

Selasa, 29 Mei 2012

Aku baru aja selesai sarapan dan berniat ke kelas. Aku kaget waktu datang ke sana, cowok yang 2 hari lalu di angkot duduk di kursinya Dina. 

Entah kesal atau apa, sebenernya sih pingin ngusir dia. Tapi, kok kasihan juga, ya? Aku diam saja karena perang batin. Mau ngusir, nggak tega. Mau didiemin, ntar Dina duduk di mana? Ya udah deh, aku duduk di kursiku biasanya dan membiarkan dia duduk di kursinya Dina. Huh...padahal aku mau duduk di sebelahnya Dina. Kok malah duduk di sebelah cowok, ya?

Jujur aja, aku paling nggak suka duduk di sebelah cowok karena sering begitu di sekolahku. Lama-lama ogah! 

Ya sudahlah, biarkan saja. Paling besok dia pindah.

Aku agak kesel sih duduk sebelahan sama dia. Aku bingung ngajak ngomong apa sama dia. Pendiem banget orangnya! Hih, sumpah deh!


* * *

Selasa ini memang asik karena session-nya Sejarah. Tapi, huh! Gara-gara Wisnu Perkasa (aku kenal waktu dosen manggil namanya) aku jadi nggak bisa duduk di sebelahnya Dina. Yah, tapi seharusnya aku nggak usah juga menyerahkan kursinya Baety ke Naufal. Jadi deh, hari ini formasinya Wisnu, aku, Naufal, Baety, dan Hartono.

Tapi nggak apa-apa sebenarnya. Aku lebih ceria dari biasanya begitu formasi diubah begini. Aku jadi kenal lebih banyak teman-teman di sini. 

Jujur aja deh, tiba-tiba aku kok rasanya aneh gitu waktu duduk sebelahan sama Wisnu gini. Ternyata dia...keren juga.  

Hey, hey! Jangan mikirin cowok waktu pelajaran #plak! (nampar diri sendiri)

Meski agak kesel juga karena Wisnu udah sabotase tempat duduknya Dina, tapi ternyata nggak sia-sia juga duduk sama dia. Aku diajari banyak hal sama dia. Hmm...he's smart.

Kekesalanku hari ini bukan hanya itu saja. Aku kesel karena Naufal ngajak ribuutt....melulu! Hih, cerewet amat ini anak. Pingin aku bawain lakban, deh! Nggak ngerti apa aku mau belajar??

Aku tahu dia humoris, tapi pikirannya penuuhh...dengan hal-hal yang super duper kotor. Aku berkali-kali ngelus dada dengerinnya. Ya ampuunn...ternyata yang otaknya ngeres bukan cuma cowok-cowok di sekolahku, ya!

Tapi setidaknya, aku sudah mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa aku menyukai rumah keduaku ini. Wow, so exciting! Aku yang biasanya pendiam, poker face a.k.a. jaim, egosentris, dsb (dan saya budreg) ternyata bisa sosialisasi juga, ya!

Ya, aku pun bingung kenapa aku bisa banyak tertawa dan tersenyum di sini. Aku sama sekali lupa siapa the real Anissa Antania Hanjani sebenarnya. Ah, aku benar-benar bermetamorfosis!

Ditulis di tengah kesibukanku pada 21 September 2012
Anissa Antania Hanjani

In Training Center I OSN IPS 2012 (bagian 1)


Minggu, 27 Mei 2012

Aku baru aja nyampe di sebuah wisma pada sekitar jam 2 atau setengah 3 siang. Wisma Kasih namanya. Aku dan Bu Risa baru aja selesai registrasi. Kami kaget begitu tahu ternyata anak-anak IPS yang lain udah dipindah ke Wisma UKSW. Yah...untungnya ada resepsionis wisma baik hati yang mau nganterin aku ke sana.

Sesampainya di Wisma UKSW, aku segera check in sendiri (ciee...keren) dan menyeret koperku ke kamar 104. Yups, kamar yang super luxurious menurutku karena ada kamar mandi pribadi. Beruntung...beruntungnya..aku ini. Jadi aku segera mandi sambil nyetel lagunya Super Junior - Mr. Simple dan konser di kamar mandi. 
   
Saat mandi, aku bingung bagaimana menggunakan shower-nya (maklum, di rumahku bukan pake shower tapi pake pancuran :p). Aku membaca petunjuknya dulu sebelum mandi. Di sana tertulis bahwa musti pake ember kalau mau mandi air panas. Tapi aku abaikan saja. Jadi, aku segera nyalain keran air panasnya. Eh, tiba-tiba air yang (benar-benar) panas keluar dan membuatku jerat-jerit karena kepanasan. Hih...mending mandi pake air dingin aja dehh... x(

Begitu keluar dari kamar mandi aku baru nyadar udah hampir jam 4 sore. Hih..bentar lagi kan upacara pembukaan! Duh, beginilah akibatnya kalau mandi sambil konser. Aku cepet-cepet dandan dan kalang kabut karena tetanggaku di kamar 105 (Hartono dan Ardan Cahya Widayat, tapi waktu itu belum kenal namanya) udah keluar dan pergi ke Wisma Kasih buat ikut upacara pembukaan. Aku segera keluar dan mengunci kamarku, lalu menitipkannya kepada resepsionis.

Tapi, untuk sekali lagi, aku beruntung. Banyak yang belum keluar karena anak-anak di kamar 001, 002, dst. kebetulan masih banyak yang antre kamar mandi (tambah bersyukur aku karena ditempatkan di kamar 104 :D). Di saat itulah aku mencoba kenalan sama teman-teman baruku di sana dengan meminjam rukuh buat salat ashar sama penghuni kamar 001. 

Kebetulan banget setelah salat ashar, salah satu penghuni kamar itu (Aisya Husnul Khatimah, tapi waktu itu belum kenal dia) ada yang belum mandi karena masih ngantre. Ya...untuk pendekatan, aku meminjamkan kamar mandi di kamarku untuk digunakan.

Waktu aku mau ambil balik kunci kamarku, si petugas bilang baru aja ada orang yang ngambil kunci itu. Aku cepet-cepet balik ke kamarku dan mendapati ada anak perempuan yang cantik, cute, n imut. Kami kenalan. Namanya Fatikha Faradina, dari SMP N 1 Blora.

Aku dan Dina cepet akrab. Kita naik ke angkot yang sama buat pergi ke upacara pembukaan di Wisma Kasih. Waktu kita ngobrol-ngobrol, tahu-tahu ada cowok masuk.

Aku sebenernya udah males ngajak cowok itu ngobrol. Dilihat dari mukanya mesti pendiemnya bukan main sangat (halahh...alay xD). Lagian aku punya sedikit trauma sama cowok karena tingkah kaum adam itu di sekolahanku. Tapi, untuk keakraban sih, akhirnya aku ngajak dia ngobrol dengan basa-basi sedikit. Aku nanya dia asalnya dari mana. Jawabnya sih, dari Kudus. (di masa depan dia jadi orang yang spesial di kehidupanku :D. Percaya deh, 99,9%).

* * *

Session 1 Geografi dimulai malam hari jam 7. Aku, Dina, dan teman sekamar baruku Baety, segera pergi ke kelas. Entah karena paling benci sama session ini atau karena udah capek, aku ogah-ogahan nyatet dan hanya mengandalkan pendengaran dan penglihatanku saja.

Hummpphh...aku merasa aneh deh! Kenapa aku benci sama session ini, ya?

Aku berharap session ini segera selesai. Aku udah capek, ngantuk, pingin tepar. Mata udah 5 watt (nyaris nggak bisa melek).

Tapi, aku merasa ada suatu taste di sini. Apa itu, ya? Apa mungkin aku bisa nggak kangen rumah dan sekolah selama di sini?


Ditulis di rumah kecilku yang mepet sawah tanggal 21 September 2012
Anissa Antania Hanjani